Sabtu, 23 April 2016

Pemburu Panji Hidayah

Salam'alaikum warahmatullah wabarakatuh
semoga kebaikan senantiasa berlimpah

Setelah ku sadari, betapa menakutkannya. Aku meletak janji yg tak ku tepati pada entri ku sebelumnya, dengan tak ad ku letakkan kata insyaAllah di depannya. Padahal Allah memegang kendali segalanya. Astaghfirullah. Setelah 2 hr berlalu barulah aq akan menyambung kembali entri yg lalu.

Ok, lets continue what i've start. Padahal tak panjang lagi ceritenye, tp sengaje. Nah, sampai mn cerite kmrn? hmm. Oh, pesan terakhir sang pendeta. Aq pikir ini akhir perjalanan Salman mencari hidayah, maka setelah ini hidupnya akan penuh rahmat iman. Tp ternyata tidak, bisa jadi ini puncak kepayahan yg mungkin saja menggoyahkan.
Salman kemudian mengikut rombongan yang berasal dari Jazirah Arab, hingga sampai ke sebuah negeri yang bernama Wadil Qura. Nah, di sini ini berat hidupnya beb. Dianiaya, sampai akhirnya dijual kepada seorang yahudi. Padahal ya, sewaktu Salman minta izin ikut rombongan, dia memberikan ternak2nya sebagai imbalan. huh!!
Kekita dia ikut yahudi tadi, tampaklah oleh Salman banyak pohon kurma, dia mengira inilah tempat yang disebutkan pendeta dahulu, tp meleset bray. Sama sekali bukan.
Dia tetap tinggal bersama yahudi tersebut hingga sang tuan menjualnya kepada seseorang dari bani Quraizhah. Salman pun dibawa ke Madinah. Baru saja dia memasuki negeri itu, dia pun merasa yakin bahwa itulah negeri yang dimaksudkan sang pendeta.Salman pun tinggal bersama tuannya dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizah. Suatu hari Salman mendengar kabar datangnya seorang Nabi dari Mekkah yang singgah di Quba. Demi untuk menemui sang Nabi dan memastikan bahwa itulah Nabi yg dimaksud, sifat ilmiah Salman muncul lagi ni; eksperimen.
Masih ingat kan pesan sang pendeta, bahwa ciri-ciri Nabi ini tak mau nerima sedekah, tp mau menerima hadiah, dan punya tanda kenabian di pundaknya. Nah, untuk membuktikan kata-kata sang pendeta, Salman menguji sang Nabi. Dia rela menghabiskan ap yg dia punya demi bukti hakiki.
Salman pun datang menemui Nabi dengan membawa makanan, dan dikatakannya bahwa inilah sedekahnya untuk para perantau ke negeri itu. Diperhatikannya bahwa sang Nabi mempersilakan para sahabat memakannya, namun dia sendiri sedikitpun tidak menjamahnya. Terdetiklah di hati Salman bahwa inilah salah satu tandanya. Esoknya, Salman datang lagi membawa makanan tp dengan perlakuan berbeda, bukan sebagai sedekah tp sebagai hadiah. Diperhatikannya bahwa ternyata sang Nabi ikut memakan hadiahnya bersama para sahabat. Bertambah senanglah hati Salman, tanda kedua sudah juga terbukti. Tinggal satu lagi ciri, tanda kenabian di pundak. Pada akhirnya Salman dapat melihat tanda tersebut. Bagaimana ceritanya? Ah tak usahlah kuceritakan disini, cari tau sendiri ya. hehehe
Setelah dilihatnya tanda terakhir itu, Salman pun bercerita kpd Rasulullah maksud hatinya, dan dia pun akhirnya masuk Islam. Menurut sumber yang ku baca, Salman tidak ikut dalam perang Badar dan Uhud karena statusnya sebagai budak. Lalu pada suatu hari Rasulullah mengatakan kpd Salman untuk meminta tuannya membebaskannya dengan uang tebusan. Dengan bantuan keuangan dr para sahabat, Salman pun akhirnya merdeka, merdeka menjadi seorang Muslim.

Demikian kisah panjang Salman menemukan hidayah. Lalu kita, sekuat ap menggeggam kemulian yg kita punya? Demi mendengar kisah ini, my student asked me (tentu saja muslim), boleh kah nak mencoba-coba agama lain? Apakah yg mungkin kalian jawab? Mungkin kisah seperti Salman telah banyak berlaku dan kita baca dan kemudian kita simpulkan bahwa hidayah memang perlu dicari, diburu, sampai akhirnya bertemu. Tak hanya sampai disitu, menggenggamnya sekuat mampu.
Tp, bagi kita yg telah Muslim sejak dilahirkan, perlukah pencarian sebegitu? Teringat pada sebuah lagu yg menambahkan tingkat keminatanku pd Syamsul Yusuf karena ke-kece-an nya (lagunya tentu saja, hihi); "bangun malam tanya Ilahi, beribu kali kau diingati, Hidayah itu milik Ilahi".
Jadi intinya, Hidayah tu takkan datang bim-salabim abra-kadabra. Bak kate orang bijak ; "pipih tak datang melayang, yg bulat takkan datang bergolek". It's need a lot of effort, a lot of energy.  Setelah itu, mohon pada Allah semoga Dia istiqomahkan. Aamiin.

Sekian, Wassalam.
tengkiu dah singgah.


1 komentar:

Tinggalkan sepatah kata kat sini e....
Terime Kaseh